Stunting menjadi salah satu kasus kesehatan yang difokuskan di Indonesia. Hadir sebagai narasumber, ahli gizi dari Puskesmas Ungaran, Rusti Hartini, S.Gz, menjelaskan bahwa stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita. “Stunting ini disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dan berlangsung berkepanjangan, dampaknya dapat dilihat dari anak yang tingginya terlalu pendek untuk usianya” ujarnya membuka Dialog Serasi yang mengudara pada Selasa, 29 November 2022.
Lebih lanjut, Rusti menjelaskan, bahwa asupan gizi yang tidak mencukupi kebutuhan dalam jangka waktu lama akan membentuk suatu rantai siklus. Rantai siklus tersebut dimulai saat seorang anak remaja yang kurang asupan zat gizi akan tumbuh menjadi wanita dewasa dan wanita hamil yang kurang zat gizi. Kemudian lahir bayi yang kurang gizi dimana bayi tersebut akan tumbuh dengan berbagai permaslahan kesehatn jika mengalami kurang gizi. Lebih lanjut anak tersebut juga tumbuh menjadi remaja yang kurang gizi. Kemudian untuk faktor stunting terdapat dua faktor yaitu kesehatan dan di luar kesehatan. “Kondisi lingkungan sekitar misalnya lingkungan rumah, kondisi air yang tidak sehat dan bersih dapat membuat anak mudah terinfeksi atau sakit. Infeksi atau sakit ini dapat meningkatkan kebutuhan gizi tubuh seseorang. Jika anak sudah kurang asupan zat gizinya, ditambah sering sakit, maka akan sangat berisiko terjadi stunting”, jelas Rusti.
Memasuki akhir dialog, Rusti turut menjelaskan sejumlah hal untuk memutus rantai terjadinya stunting. Di antaranya sebagai berikut :
- Konsumsi tablet tambah darah untuk mencegah anemia bagi remaja perempuan
- Atur pola makan menjadi ‘Gizi Seimbang’ sesuai anjuran Kemenkes RI
- Konsumsi tambahan vitamin dan mineral sesuai kebutuhan dan anjuran ahli gizi atau dokter bagi ibu hamil
- memeriksakan diri ke dokter bagi ibu hamil
- Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang tepat untuk bayi yang sudah lahir
- Konsultasi rutin ke Posyandu Desa bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu balita. (*/Yuli)