18 Oktober 2024

Upaya percepatan penurunan stunting terus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Semarang.Diantaranya adalah audit kasus stunting, yang bertujuan untuk mencari penyebab terjadinya kasus stunting sebagai upaya pencegahan terjadinya kasus serupa.

Wakil Bupati Semarang, H Basari, selaku Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (PPS) mengingatkan agar setiap pihak yang hadir untuk concern turun ke lapangan dalam melaksanakan strategi, diniatkan tidak hanya menuntaskan tugas, namun juga ibadah.

Hal tersebut ia sampaikan dalam sambutan Rapat Diseminasi dan Rencana Tindak Lanjut Audit Kasus Stunting (AKS) Kabupaten Semarang Th. 2024, pada Rabu (19/06) di Aula BAPPERIDA Kabupaten Semarang.

Rapat turut dihadiri anggota Tim PPS, Kemenag Kabupaten Semarang, Camat se-Kabupaten Semarang, Kepala Puskesmas se-Kabupaten Semarang, RS Ken Saras sebagai penyedia layanan psikologis untuk sasaran AKS, dan pihak terkait dari lokus audit kasus stunting yaitu dari Desa Karang Tengah, Kecamatan Tuntang.

Perwakilan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kabupaten Semarang, memaparkan audit kasus stunting telah sesuai dengan Perpres RI Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. “Audit kasus stunting dalam 1 (satu) kali/siklus mencakup 4 (empat) tahapan, yang menyasar calon pengantin (catin), calon Pasangan Usia Subur (PUS), Ibu hamil, Ibu pascapersalinan, dan anak (0-59 bulan)”, ungkapnya.

Untuk lokasi Lokasi Audit Kasus Stunting Siklus 1 telah disepakati di Desa Karang Tengah, Kecamatan Tuntang, dengan latar belakang :

  1. Termasuk dalam desa Lokus 2024
  2. Angka stunting yang tinggi
  3. Disepakati dan diusulkan dalam Minilokakarya Kecamatan

DP3AKB Kabupaten Semarang menyampaikan, hasil dari audit memiliki sejumlah penyebab serupa, diantaranya kemiskinan struktural, kurangnya gizi, gaya hidup kurang sehat, sanitasi buruk, dan belum adanya jaminan sosial untuk sasaran.

Untuk mengatasi hal ini, rencana tindak lanjut disusun, diantaranya pengadaan Rumah Layak Huni (RLH) dan septic tank; pemantauan rutin untuk konsumsi vitamin, TTD, Fe, serta asupan gizi seimbang; edukasi perilaku sesuai kebutuhan setiap sasaran, serta intervensi psikologis, yang dalam hal ini melibatkan psikolog klinis dari RS Ken Saras.

Hasil dari audit Siklus I ini juga akan menjadi dasar perbaikan dan percepatan strategi penuruanan stunting pada Juli-Desember 2024 (Siklus II) di Kabupaten Semarang. (Teks/Foto: Yuli)

Tinggalkan Balasan